17 September 2008

Ati-ati makan daging di jakarta!!

Disadur dari sumber yang terpercaya (mamah saya)



WaliKota Jakarta Barat Joko Ramadhan melihat daging olahan sisa hotel dan restoran yang digerebek polisi dan petugas Sudin Peternakan dan Perikanan Pemkot Jakarta Barat, di kawasan Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (11/9).

Bau busuk langsung menyeruak begitu SP tiba di depan pintu sebuah ruangan berukuran sekitar 5 x 3 meter di Jalan Peternakan I, RT 04, RW 07, Kapuk Jagal, Cengkareng, Jakarta Barat pada Kamis (11/9)
sore. Ruangan berdinding kayu dan berlantai tanah merah itu merupakan sebuah dapur, tempat Darmo (55 tahun), dan istrinya Yatmi (50 tahun) mengolah berbagai daging busuk yang akan mereka jual kembali.

Sore itu pasangan suami-istri ini tengah bekerja. Darmo tengah menunggui lima penggorengan berisi daging busuk yang tengah digorengnya, ketika tiba-tiba sejumlah polisi dari Polres Jakarta Barat, bersama petugas dari Suku Dinas Peternakan dan Perikanan, Pemkot Jakarta Barat masuk dan memergoki ulah mereka.

Wajah Darmo dan Yatmi pun langsung tegang. Apalagi para petugas langsung menemukan sejumlah daging busuk yang belum sempat mereka masak. "Saya enggak tahu apa-apa pak. Saya cuma masak, yang ngerti itu bosnya. Dari dialah saya mendapat daging-daging yang sedang dimasak
ini," aku Darmo dengan nada panik, ketika polisi bertanya mengapa daging yang telah busuk dimasaknya kembali.

Darmo bergegas keluar dari dapur disusul istrinya. Tampaknya iasudah tak tahan dengan kejaran pertanyaan dari para petugas. Ia
kemudian duduk di dipan depan rumahnya yang berdinding kayu. "Saya enggak tahu pak asal daging ini dari mana. Pokoknya saya beli dari bos, kemudian saya masak dan jual lagi," akunya dengan wajah ketakutan.

Petugas terus mencecarnya dengan pertanyaan seputar asal daging itu. Namun, Darmo tetap menjawab tak tahu. Ia beralasan sang bos yang
menjual daging tersebut, datang dan menjual langsung ke rumahnya.

Padahal saat SP bertanya, bagaimana ia bisa mendapatkan daging-daging tersebut, Darmo mengaku terkadang kalau sang bos tak
datang membawa daging ke tempatnya, maka Darmo lah yang akan pergi membeli ke tempat sang bos. Tapi saat ditanya di mana tempat sang bos,
lagi-lagi ia mengaku tak tahu. "Enggak tahu saya di mana tempat bosnya. Kadang-kadang si bos sudah datang ke tempat saya bawa daging dalam karung,
terkadang saya yang beli ke sana. Tapi saya enggak tahu tempatnya," katanya kembali menghindar.
Menurut Kepala Suku Dinas Peternakan dan Perikanan, Pemkot Jakarta Barat, drh Chaidir Taufik, berdasarkan penyelidikan yang telah dilakukan stafnya
selama hampir satu minggu sebelum penggerebekan dilakukan, diduga daging-daging busuk yang terdiri atas daging ayam, sosis, ikan, dan
usus ayam yang dimasak Darmo, diperoleh dari kumpulan sampah-sampah hotel dan restoran.

"Daging sisa yang telah dibuang ke bak sampah hotel dan restoran, kemudian dikumpulkan dan dijual ke orang-orang seperti Darmo.
Mereka lalu menggorengnya kembali untuk dijual dan dimakan," kata Chaidir kepada SP, di sela-sela penggerebekan.

Direndam Formalin
Tak jauh dari dapur rumah Darmo, terdapat sebuah lokasi yang dijadikan tempat penampungan dan penyortiran sampah. Di tempat ini tampak belasan
orang pemulung tengah menyortir sampah dari plastik-plastik sampah berukuran besar.

Beberapa di antara mereka tampak sibuk memisahkan plastik-plastik bekas botol air mineral, kardus, dan lain-lain. Petugas
dari Sudin Peternakan dan Perikanan pun mendatangi tempat penyortiran sampah tersebut. Di sana, terdapat sebuah kardus berisi kumpulan daging
beraneka jenis yang belum sempat dipilah. "Nah daging-daging sisa dari tempat inilah yang dimasak kembali untuk dijual," ujar Chaidir. Selain
kotor, daging-daging yang berada di tumpukan lokasi penyortiran sampah tersebut juga telah membusuk dan bercampur dengan sampah-sampah
lainnya, aromanya sangat "menusuk" hidung.

Chaidir mengatakan, daging-daging busuk tersebut sebelum dimasak kembali oleh Darmo, terlebih dahulu dicuci dan direndam dalam formalin agar kembali
kenyal dan bau busuknya menjadi berkurang. Setelah itu daging digoreng kembali dan dijual ke warung-warung makanan, tukang bubur ayam, dan
masyarakat luas.

"Daging ayam yang mereka goreng kembali bentuknya hancur, seperti daging suwir. Soalnya mereka mengumpulkannya dari sisa-sisa
daging ayam yang tidak habis dikonsumsi para tamu hotel atau restoran, sehingga bentuknya tidak utuh," urainya.

Menurut Darmo, untuk mencerahkan warna daging yang terlihat menghitam akibat proses masak yang berulang, daging yang telah digoreng
akan diberi adukan bubuk pewarna merek rodamin (pewarna tekstil, Red). Bubuk tersebut akan membuat daging yang telah dimasak menjadi berwarna
kekuningan, sehingga terlihat seperti daging yang baru diolah. "Saya ngasihnya enggak banyak-banyak, biasanya satu baskom daging hanya ditaburi setengah bungkus pewarna. Kemudian diaduk-aduk supaya warnanya merata," imbuhnya.

Daging yang telah dimasak kembali itu, jelas Darmo, ia jual ke sejumlah pelanggan yang datang ke rumahnya. Ia mengaku tak mengenal
para pelanggan yang datang membeli ke rumahnya. Selain itu, istrinya juga membantu menjual dengan menggelar lapak di Pasar Pos Duri,
Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. "Saya menjual semua jenis daging dalam baskom. Biasanya saya jual seharga Rp 1.000 per bungkus. Isinya
daging campur-campur," aku Yatmi.

Lima Tahun
Darmo mengaku membeli daging-daging yang akan dimasaknya dari seseorang yang disebutnya bos. Setiap hari sang bos datang membawa aneka jenis daging yang telah dipilah dalam sebuah karung bekas beras. "Berapa pun
banyaknya daging yang dibawakan, saya hanya membayarnya seharga Rp 100.000. Mau isinya sedikit atau banyak harga belinya tetap, karena borongan," ungkapnya.

Dalam satu hari, Darmo mengaku bisa memasak daging sekitar 50-100 kilogram. Dari penghasilannya ini ia memperoleh untung sekitar Rp 100.000 per hari. Usaha yang telah ditekuninya selama lebih dari 5
tahun ini, diakui Darmo merupakan usaha turunan dari mendiang ibunya. "Dulu saya belajar dagang daging ini dari ibu saya yang sudah meninggal. Setelah ibu meninggal usahanya kemudian saya teruskan.
Untungnya cuma cukup buat makan sehari-hari," katanya. Sementara itu, tetangga Darmo bernama Mirna, mengaku tak tahu jika daging yang dijual Darmo berasal dari tempat sampah. Ia hanya melihat setiap hari
Yatmi, istri Darmo jualan daging di Pasar Pos Duri, Tambora dalam wadah baskom. "Enggak pernah tahu kalau daging yang dijualnya itu dari tempat sampah. Malah tetangga di sini juga suka ikut beli, soalnya
daging yang mereka jual murah. Beli seribu bisa dapat lima potong ikan goreng," imbuhnya.

Wali Kota Jakarta Barat, Djoko Ramadhan mengaku terkejut mendapat laporan adanya penjualan daging dari tempat sampah tersebut. Terlebih ia mendengar perdagangan daging busuk itu tersebar di beberapa
tempat di wilayah yang dipimpinnya. "Saya minta Kasudin Peternakan dan Perikanan untuk terus mencari lokasi mana saja yang terdapat penjualan
daging busuk. Ini benar-benar keterlaluan, masak daging sampah dikasihkan pada manusia," ujarnya dengan nada gusar.

Menurut Djoko, penjual daging busuk tersebut dapat dikenai sanksi sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996, tentang Pangan. Ancaman
hukumannya pidana penjara maksimal 1 tahun, dan atau denda Rp 120 juta. [SP/Yumeldasari Chaniago]


yaa buset kira-kira dong kalo jualan.. :(

11 Comments:

  1. Anonim said...
    gambarnya gak keliatan tu...
    DJoniE said...
    Kmaren liat beritanya di TV...
    Parah ya tuh orang?
    Tapi dagingnya kynya bebas formalin tuh.. Lha wong udah busuk.. Klo berformalin kan nggak busuk2...
    Btw, gambarnya di permak tuh..
    Markontie said...
    gambar yang mana seh?
    Anonim said...
    yang kotak pinggirnya warna ijo itu, mustinya ada gambarnya ato emang cuma gitu aja?
    itu yg mksdku gambarnya gak keluar
    hehehe
    Suchi's said...
    iya sayang gammbarnya gk keluar.. duh, makin susah aja deh nemuin makanan sehat di Indonesia.. dari mulai baso tikus, tahu formalin, tiluk (roti buluk), dll.. ck ck ck.. oiya, klik www.jac-recruitment.co.id yaa.. ada info menarik tentang lowongan pekerjaan tuh.. makasih..
    Suchi's said...
    oiya, acc blog lo dah ada di blog roll gw lhoo.. barter doong..^^
    Anonim said...
    bikin postingan lagi ttg daging di Jokja donk..
    qt kan kuliah disini..

    gw sumbang judul nih..
    "Ati-ati makan daging di Jokja", ato
    "Makan aja daging di Jokja, gpp koq!!"

    (tergantung hasil penyelidikan)
    Markontie said...
    yaa sepertinya kalo buat anak2 jogja.. khususnya mas anto ini sudah tau cara pilih2 makanan yah, kan sudah banyak itu beritanya, yang kena hepatitis A.. eh anak elektro juga ada yang kena loh! tapi lupa siapa.. angkatan 2005 juga lho..! untung kagak mati.. yah pokoknya jgn pelit2 banget deh, mahal dikit gapapa asal bersih
    ...:D
    Anonim said...
    tambah deh sekarang,,
    ati2 makan makanan yang mengandung melamin

    hmm, sekarang melamin
    what's next?
    besi kali ye?
    *hiks..jayus gw
    HaGe said...
    wah... moga2 aj gw gak tobat makan daging dah....
    Markontie said...
    elo mah daging tumbuh di dengkul juga dimakan ge.. ga mungkin tobat lo..

Post a Comment